Selasa, 16 Desember 2008

Me Time


Setelah 1,5 tahun lebih, akhirnya saya tega mengambil jatah "me time" dari Razka. "Titip Razka sebentar ya bu..." ujar saya penuh harap. "Iyaaaa..." jawab sang oma dengan mata penuh binar bahagia.

Pagi-pagi Razka sudah dijemput oma sambil jalan-jalan dengan strollernya. "Biar gak klayu, dan kalian juga perginya enak" ujar oma. "Oke deh bu...." untung juga rumah kami tidak terlalu jauh, jadi urusan titip menitip ini jadi lebih mudah, tapi baru kali ini kami menitipkan Razka di weekend.

Sebenarnya kami tidak ingin pergi jauh tapi hanya weekend ini kami punya waktu cukup berdua atau sekadar ngajak jalan anak-anaknya ayah yang sudah remaja dan tidak sejalan dengan arah bermainnya Razka. Apalagi bawa Razka perlu usaha khusus dan gak bisa disambi-sambi. sedangkan kali ini kami ingin memanfaatkan hadiah voucher nonton bioskop dari salah satu media cetak terkemuka di Indonesia sebagai tanda terima kasih karena saya telah mengisi questionaire yang mereka sebarkan.

Sebelum pergi, saya sempatkan membuat Cheese Brown Bread Pudding buat kudapan sore Razka. Hmmm.... dari baunya saja sudah terbayang kelezatannya, perpaduan roti keju plus taburan palm sugar dan cinamon membuat pudding roti ini lain dari yang lain. Sebenarnya ini resep turunan oma yang saya modif sedikit, sesuai jaman dunk... hahahahah....

Kami putuskan untuk menyaksikan film Twilight yang "box office" itu, apalagi saya sempat baca kutipan novel hasil besutan Stephenie Meiyer ini.
Karena memang sudah janji sama Imut, ayah memutuskan untuk jalan-jalan saja dengan Dandy, saya, Imut dan Mbak Nita yang akhirnya nonton film ini.

Keluar dari bioskop, saya masih terpesona dengan pemandangan di film tadi, it's so beautiful scenery and looks so cold, brrrr. Sebenarnya ini benar-benar film yang bercerita tentang romansa remaja. Tapi gak tau kenapa ada satu 'frame' yang membuat saya begitu terpana. Yaitu ketika sekelompok bangsa 'vampire' ini menerima seorang manusia dan melindunginya dari kelompok vampire lainnya, how sweet and very gentlemen. Saya seperti melihat ada kekuatan cinta, pengorbanan, dan kelembutan di balik sosok yang garang dan tatapan misterius.

Huahahaha saya mulai tersihir dalam alur cerita film. Saya tiba-tiba merasakan seperti ada sesuatu yang sudah lama tidak saya rasakan meski tidak hilang. Jelas, saya mungkin hampir kehilangan sisi romantisme saya. Saya merasa telah terlalu tua untuk ber-roman-roman ria, padahal saya merindukannya dan penting untuk membuat hidup saya lebih bergairah.

Achhh.... saya melamunkan masa 'muda' dulu, och.....

Back to film, dan singkatnya saya seperti kembali menyaksikan "Buffy the Vampire Slayer" dan "Harry Potter" menjadi satu as technically and romantically. Huuuuu.....

Och Edward and Bella, you both looks so gorgeous and perfectly match. :D

Intinya, "me time" saya kali ini membuat saya melamun-lamun dan kangen pengen bisa nonton di bioskop lagi [lho???!!!].

-termehek-mehek deh-

Jumat, 12 Desember 2008

Masa

Senja kan menjelang
Birunya berganti lembayung
Kehangatan siang menghilang
Dingin malam kan datang

Usia pun beranjak tua
Meski belum bergigi dua :p
Masihkah asa bersua
Meski tak mungkin mendua

Waktu selalu berdetik
Panas dingin menggigit
Hatipun selalu tergelitik
Jemaripun ingin mengetik
Agar air mata tak menitik

Kemana lagi diri mengeluh?
Hanya padaMu daku mengadu
Agar hati tak lagi kelu
Apakah harus terserah waktu?
Siapa yang tahu?

Wallahualam bi assawab

Kamis, 11 Desember 2008

My Social Act


Sebagai good corporate citizen, BII juga aktif ambil bagian dalam mengembangkan program pengembangan masyarakat. Sebagai bentuk kontribusi dan tanggung jawab BII terhadap pengembangan masyarakat, sejak 2006 BII telah bekerjasama dengan United Nations World Food Programme (WFP) dalam program pemberian makanan bergizi kepada anak-anak sekolah (School Feeding Program) dengan menyediakan dana untuk memproduksi dan mendistribusikan biskuit bergizi (fortified biscuits) kepada lebih dari 5.000 anak sekolah dasar. Program ini ditujukan untuk membantu meningkatkan gizi anak-anak serta memberikan edukasi tentang gizi dan makanan sehat dengan melibatkan partisipasi karyawan BII.

Selanjutnya, kegiatan CSR BII akan difokuskan pada upaya-upaya meningkatkan kualitas anak-anak dan generasi muda melalui pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pendidikan dan kesehatan. Pemilihan anak sebagai penerima manfaat (beneficiary) program CSR BII didasarkan pada pertimbangan bahwa anak-anak adalah masa depan bangsa dan kontribusi yang diberikan BII dalam membantu mewujudkan cita-cita mereka akan lebih optimal mengingat mereka sedang dalam masa pertumbuhan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari “BII Berbagi”, yang merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR) BII. CSR tidak hanya merupakan tindakan kedermawanan (philanthropic actions), seperti donasi tetapi lebih merupakan keseluruhan kebijakan, tindakan nyata serta nilai-nilai dan perilaku perusahaan dalam hubungannya dengan stakeholder utama, termasuk karyawan, pemasok, pemerintah, nasabah dan masyarakat.

Di BII, CSR adalah perwujudan yang melandasi strategi perusahaan dalam mencapai visi seperti dikemukakan dalam kalimat singkat, “Di dalam segala aktivitas, kami akan menjadi perusahaan yang bertanggungjawab dan memberikan sumbangsih terhadap pengembangan masyarakat”.

Saya, sebagai salah satu karyawan institusi ini, merasa bangga diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan CSR yang diselenggarakan, bahkan saya juga diberi tanggung jawab untuk mengemban tugas sebagai Kordinator CSR di perusahaan tempat saya bekerja.

Dengan begitu saya dapat turut merasakan kehidupan sebagian masyarakat Indonesia yang kurang beruntung. Artinya saya diberi masa untuk terus mensyukuri kenikmatan hidup yang telah diberikan Tuhan sang Pencipta Semesta Alam selama ini. Dan bagaimana saya juga mendapatkan pencerahan untuk lebih dapat merencanakan kehidupan masa depan saya dan keluarga, terutama bagi sang buah hati, M. Razka Naratama.

Mengingat fokus kegiatan ini pada upaya-upaya meningkatkan kualitas anak-anak dan generasi muda melalui pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pendidikan dan kesehatan, otomatis saya jadi banyak berinteraksi dengan anak-anak. Entah itu di rumah sakit atau bila sedang berbagi ilmu dengan mereka di sekolah pinggiran Jakarta maupun pelosok.

Terharu rasanya setiap melihat tatapan lugu dan celotehan polos mereka. Anak-anak memang tetap anak-anak, bagaimanapun susahnya keadaan orang tua mereka, tapi wajah mereka tetap memancarkan keceriaan dan semangat menghalau segala rintangan yang ada di depan mereka. Sebuah ekspresi semangat juang yang tiada terputus.

Pernah di satu kesempatan edukasi saya berjumpa dengan siswa sekolah dasar dari sekolah Internasional. Saya kagum dan takjub dengan produk modern ini, kritis, cerdas, berwawasan, namun terpancar pula sebuah keangkuhan. Miris juga rasanya bila nilai-nilai moral harus pergi dari keluguan seorang anak. Berbeda dengan ketika saya harus menjumpai anak-anak dari lingkungan yang lebih bersahaja, kalau tidak bisa dibilang sangat sederhana, sambutan mereka terhadap kehadiran kami lebih antusias, dan santun, bukan mereka kurang pintar, tapi kurang kesempatan. Hal ini lah yang saya ingin bagi, penyebaran ilmu disertai sentuhan ketulusan berbagi.

Kegiatan kemanusiaan ini --memang dan harapan saya-- dapat menjadi ladang amal yang luas bagi saya dan rekan-rekan lainnya. Apalah kami, datang dari rank of file sebuah perusahaan besar, kami belum dapat mengucurkan dana besar untuk membangun sebuah infrastruktur, tenaga dan pikiran lah yang dapat kami curahkan.

Semoga bermanfaat. Amiin.