Jumat, 23 Januari 2009

Pasca Tanpa Pengasuh

Sebulan sudah tanpa pengasuh untuk Razka, sebenarnya sih ada enak tidaknya ya...
Enaknya ya... Razka jadi diawasi oleh orang-orang terpercaya dan menyayanginya dengan tulus. Gak enaknya ya... jadi ngerepotin sang Oma, kemana-mana Razka harus di'tenteng' dan jadi gak bisa lagi coba-coba resep kudapan kegemaran saya --maaf friends absen dulu yeee--

Yach c'est la vie... there's always up and down, good and bad. Ambil hikmahnya, teuteup...

--Saya masih menimbang-nimbang untuk cari pengasuh baru--

Senin, 05 Januari 2009

Asisten och asisten...

Bulan Desember lalu jadi momen cuti buat saya, hehehehe.... banyak hari kejepit sih. Kebetulan saya sedang kesulitan mendapatkan pengasuh untuk Razka sejak Mbak Puji pulang kampung untuk melahirkan awal bulan lalu.

Pencarian pertama, ketemu asisten muda berumur 19 thn yang katanya sudah berpengalaman mengasuh, maksudnya sih memang tandem dulu, mumpung Puji belum pulang. Seminggu dievalusi, hasilnya lebih banyak online dengan hp pribadinya. Duh "miss ring-ring" nih, dari saya pulang kantor, mandi, makan malam, masuk kamar ngeloni Razka, giliran dia makan malam baru dia berhenti online. Akhirnya dia pamit, alasannya gak bisa pegangn anak yang masih terlalu kecil, gak bisa disambi, dia harud ngikutin dan ngawasin terus, "jadi tugas saya kaya' ibunya aja". Yo weis lebih baik pamit saja deh.

Beberapa hari kemudian datang seorang ibu usia 36 th, anak yang paling kecil di kampung usia 8 th. Dua hari di rumah, kata Puji nangis terus inget anaknya. Ya sudah pulang lagi.

Seminggu kemudian, ada salah satu kerabat jauhnya Puji minta-minta pekerjaan apa aja, ngasuh boleh, tapi dia masih umur 14 thn, fresh banget deh, belum bisa apa-apa. Oke lah masih ada 2 minggu sebelum Puji pulang jadi masih bisa ngajarin dulu. Akhirnya awal Desember kemarin, Puji dengan berat hati pamit, tinggalah Rum yang --aku rasa-- sudah cukup bekal buat ngasuh dari Puji. Semua berjalan lancar, Rum mau belajar dan akhirnya bisa dekat sama Razka, nyuapin pun bisa dilalui dengan sukses.

Minggu ke lima Rum di rumah, saya pun terpaksa memberhentikan Mbak Yati karena pekerjaan rumahnya sangat "seadanya" dan sebisanya dengan standar "asal" dikerjain. Lama-lama suami kesal juga karena setiap pagi harus setrika ulang semua baju kerja. Sebelum berhenti Mbak Yati kasih info kalau di tas nya Rum ada mi instant dan meises kami. Saya hanya bisa mencoba bersikap se-obyektif mungkin. Ketika Rum mengajak jalan Razka, maka kesempatan saya untuk periksa tasnya, voila bukan hanya mi instan tapi juga sendok garpu pisau makan terbungkus dengan plastik hitam, piring, pulpen, mainan Razka. Pulang dari mengajak jalan Razka, Rum saya ajak bicara baik-baik dan dia sangat menyesali perbuatannya serta berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Akhirnya sampai di akhir bulan Desember, waktunya gajian, begitu juga dengan Rum.

Jumat 26 Desember, pulang dari kantor, Razka minta main naik becak, akhirnya saya minta Rum untuk anter ke rumah Oma, firasat saya kok gak enak ya... dengan terpaksa saya cek laci baju yang baru saja saya berikan untuk menyimpan pakaian Rum, walah ada beberapa keping emping dan biskuit Razka tergeletak di sela-sela bajunya. Ternyata seminggu dari janjinya terucap, kejadian mengutil terulang, ternyata Rum tidak jera atau memang dia mengidap sindrom clepto ya.... Malamnya saya telpon kerabatnya untuk menjemput, meski Rum telihat sangat menyesali perbuatannya dan keberatan untuk meninggalkan rumah saya, tapi saya juga sulit untuk percaya, daripada saya gak tenang.

Disaat bersamaan dengan penjemputan Rum, kerabatnya menawarkan saudara lainnya yang juga seumuran Rum, namanya Nur. Setelah berpikir akhirnya saya terima, dengan catatan harus jujur dan mau belajar.

Tiga hari kemudian, Nur minta libur, ok saya beri ijin, keesokannya dia datang dan bilang mau berhenti aja dengan alasan yang tidak masuk akal, katanya Razka gak mau sama dia, dan tetek bengek lainnya. Tidak mau terlibat urusan lebih jauh lagi, saya minta dia bergegas membereskan pakaian plus sedikit wejangan.

Saya kecewa, pusing dan trauma, saat ini saya memilih untuk tidak punya pengasuh untuk Razka, lebih baik saya titip Razka di Sang Oma, sambil nambahin penghasilan bulanan PRT-nya Oma deh, toh rumah kami tidak berjauhan. Pulang kantor saya akan jemput Razka.

Razka sayang... sementara antar jemput dulu ya nak...
Maafkan bunda ya... belum bisa jadi A Good FTM.

Kini saya mulai merasakan keluh kesah bunda lainnya dalam mencari asisten yang baik untuk buah hatinya.

Asisten och asisten...
Ech tapi ada hikmahnya juga, ayah jadi lebih sering bangun pagi, aware dan mau involve dalam kegiatan pengasuhan Razka, membantu bunda yang suka uring2an. :)