Senin, 18 April 2011

Hmmmm sudah lama saya tidak mengunggah hobby saya mencoba resep-resep masakan. Ada beberapa yang mau saya borong sekalian di posting ini.
Terkini adalah ketika saya terkenang masa kecil, saya sering menjajakan kue bikinan ibu saya Bolu Kukus. Akhir-akhir ini bolkus dengan warna cantik dan merekah sempurna rupanya ingin sedikit menggeser keberadaan kue mangkuk imut dari barat, Cup Cake. Banyak teman yang berlomba menampilkan kue Bolu Kukus buatannya. Meski saya juga ingin eksis dengan bolu kukus di masa kanak-kanak, namun kemalasan saya mengalahkan keinginan tersebut. Untung saya mendapat inspirasi dari buku resep yang baru saya beli, Koleksi Sedap. Bolu Kukus Duo nya tidak dibuat dalam mangkuk-mangkuk kecil melainkan dengan cetakan loaf. Ide cemerlang buat pemalas macam saya ini qiqiqiiii.....

Taraaa.... ini hasilnya. Done in the 60 minutes

Ada beberapa hal yang mungkin tidak sesuai dengan resep dan sedikit menimbulkan rasa was-ws akan kegagalan. Misalnya coklat pasta yang dibutuhkan sebagai pewarna coklat saya ganti dengan lelehan dark chocolate, sehingga mungkin adonan akan sedikit lebih berat. Ketika kue jadi, yang jadi tanda tanya justru..... gambar di buku resep kue akan jadi tanpa merekah, tapi mengapa kue saya merekah sempurna?

Family Trip

Yippeee akhirnya punya kesempatan trip ke negara tetangga mengajak bapak ibu dan Razka tentunya. Mengingat ini adalah budget travelling jadi koper dikorbankan agar lebih pepak dan berdesakan, antara baju dan bekal.

Terus terang saya tidak pernah merasa memiliki hadiah yang pantas bagi kedua ortu saya, Tapi semoga trip ini dapat menjadi penghiburan dan ajang refreshing bagi mereka. Seumur hidup mereka belum pernah ke luar negeri. Saya ingin di masa tua beliau, ada kenangan manis bepergian ke luar negeri bersama anak dan cucu :) Meski tetap dengan cara yang sederhana.

Singapura menjadi tujuan kami, karena negara kecil ini cukup punya banyak perbedaan dengan Indonesia meski jarak antara kedua negara ini tipis. Kebetulan Razka menyukai alat-alat transportasi jadi saya berencana mengajaknya berkeliling kota dgn public transportation baik itu MRT, LRT, ataupun bus. Selain itu saya juga ingin memuaskan keinginan Razka main ke kebun binatang, tentunya dengan suasana berbeda dibanding kebun binatang di Jakarta.

Kenyamanan berjalan-jalan di negeri Singa ini adalah udara yang jauh lebih bersih dari Indonesia, meski kadang kami harus berjalan agak jauh dari stasiun kereta ke tempat tujuan. Tapi ini baik bagi Razka mengajarkannya menghargai alam dengan tidak membuang sampah sembarangan serta mengajarkannya menjaga kebersihan karena bak sampah hampir dapat ditemui di setiap sudut.

Melihat hal ini membuat saya berkhayal andai Jakarta sebersih ini, wow.... saya yakin devisa negara akan jauh meningkat. Karena terus terang kalau untuk urusan belanja dan harga, saya lebih memilih belanja di Jakarta. Begitu juga untuk wisata kuliner. Jakarta memiliki jenis dan tempat makan yang jauh lebih beragam dengan harga yang sangat bersahabat. Belanja barang branded, menurut saya Jakarta juga gak kurang-kurang ya koleksinya.... Kelebihan Singapur adalah mampu membuat pelancong melakukan perjalanan dengan nyaman. Wong namanya varian hewan di zoo nya juga lbh bagus di TSI. Singapur juga andal untuk urusan transportasi umum yang terintegrasi. Saya juga berandai-andai agar potensi TMII sebagai mini Indonesia dioptimalkan dari sisi kebersihan, kerapihan, dan kelengkapannya, pasti bisa jadi pusat studi dan kunjungan anak-anak yang ingin belajar mengenai budaya dan ilmu pengetahuan. Sayang ya yang menggarap potensi ini semua rasanya kurang profesional atau memang masyarakat kita belum mengenal budaya menghargai dan menghormati tempat wisata umum. At least menjaga kebersihan aja dan menimbulkan rasa memiliki yang tinggi sehingga ada keinginan merawatnya bersama-sama.


 Ach terlepas dari hasrat terpendam saya untuk Jakarta, saya bahagia karena pada kesempatan ini saya bisa sedikit memberikan suasana lain dalam kehidupan orang tua saya. Juga pengalaman baru bagi Razka, semoga terkesan ya nak.... kapan-kapan, InsyaAllah kita bisa liburan ke tempat yang lebih menarik ya....

Jumat, 15 April 2011

My spiritual journey

Alhamdulillah.... sepertinya hanya kata ini yang mampu mengungkapkan betapa bersyukurnya saya --akhirnya-- 21 -29 Maret 2011, mendapat kesempatan berUmrah. Meski hanya sendiri -tanpa ditemani suami atau keluarga-. Orang-orang boleh bilang saya norak dengan kebahagiaan ini. Tapi jujur perjalanan ini memang menimbulkan perasaan yang dahsyat bagi saya, kenikmatan yang tiada tara. Tidak terungkap secara kasat mata tapi rasanya ada di "dalam" sini, lubuk hati terdalam.

Sekarang saya baru tahu mengapa banyak orang yang sangat memimpikan berumrah atau berhaji, dan selalu rindu untuk kembali lagi berkunjung ke tanah suci, padahal sudah berkali-kali pergi. Meski saya juga memiliki keinginan yang sama, tapi saya pikir saya masih bisa menunda mewujudkannya sampai beberapa tahun mendatang. Namun kenyataannya ketika ada kesempatan itu, saya tidak sabar dan sangat tidak ingin menyia-nyiakannya. Meski demikian tetap ada sedikit rasa bersalah yang terselip kepada kedua orang tua saya, niatnya ingin mengumrahkan atau menghajikan mereka terlebih dahulu. Maaf ya pak... bu... rizkinya baru cukup untuk seorang.

Beberapa hari menjelang keberangkatan, hati saya berdebar tidak seperti biasanya. Antara rindu pada tanah suci, juga pedih meninggalkan Razka untuk 9 hari. Saya hanya bisa berdoa, memohon kekuatan dan keteguhan niat. Puji syukur kehadlirat Yang Maha Kuasa, Maha Penjaga, hanya pada Nya saya menitipkan keluarga dan harta. Alhamdulillah sampai hari H saya diberi kelancaran urusan.

Sebenarnya sebelum saya menjejakkan kaki di tanah Haram, keharuan sudah menyeruak memenuhi dada saya. Begitu kalimat talbiyah dikumandangkan serasa ingin langsung menumpahkannya dalam butiran tetes air mata. "Labbaik Allahuma labbaik, Labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka, laa syariikalak" --Aku datang memenuhi panggilanMu Ya allah, aku datang memenuhi panggilanMu, aku datang memenuhi panggilanMu tidak ada sekutu bagiMu, aku datang memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milikMu, tidak ada sekutu bagiMu--. Apalagi ketika di hadapan saya berdiri Ka'bah dengan segala energinya, seketika itu juga kalimat tasbih, tahmid dan takbir tiada henti mengalir dari mulut saya, serasa berkumur membersihkan mulut saya dari ghibah dan kata yang sia-sia yang pernah dikeluarkannya.

Rangkaian umroh wajib kami lakukan langsung setibanya di Mekkah, pukul 2 pagi. Kepenatan dalam perjalanan mendadak sirna terbayar dengan kekhusukan ibadah. Ternyata semakin hari kecintaan kami pada baitullah semakin kuat. Terbukti ketika saya dan beberapa teman melakukan umroh sunnah dan tawaf wada'. Makin berat berpisah. 4 malam berlalu kami harus melanjutkan perjalanan ke Madinnah. Dalam doa perpisahan kami senantiasa berucap "Yaa Allah janganlah ini kunjungan yang terakhir bagi hamba. Ijinkan hamba, anak cucu hamba, serta keluarga hamba berkunjung kembali ke tanah HaramMu. Luaskanlah rizki hamba untuk memenuhi setiap undanganMu Yaa Rabb. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui doa orang-orang yang memohon". Amiin Yaa Rabb.

Perjalanan Mekkah - Madinnah memakan waktu sekitar 6 jam, perjalanan panjang ini tidak terlalu mulus dan kami harus siap melaksanakan sholat di musholla kecil yang kondisinya cukup memprihatinkan. Suhu di Madinnah juga relatif lebih dingin, 20 derajat celcius. Terus terang saya tidak siap dengan pakaian hangat.

Hari pertama di Madinnah, ada insiden kecil, kawan perjalanan saya kehilangan kameranya. Hal ini cukup membuatnya terpukul dan membuat kami tertinggal rombongan. Untungnya, Ali, muthawif kami menghibur kami dengan menyarankan kami untuk langsung ke Raudah. Dengan modal nekat dan mengucap Bismillah... kami beranikan diri melakukan kunjungan ke Raudah berdua saja. Deg-degan karena blank menghadapi 'medan' yang akan kami tempuh. Lagi-lagi Allah menunjukkan kecintaanNya kepada kami. Kami dipertemukan dengan seorang ibu muda yang juga terpencar dari rombongannya, tapi sudah punya pengalaman masuk halaman --raudah-- Masjid rumah Rasulullah, dengan sedikit bersabar, kami melenggang menuju Raudah dan sholat sunnah tanpa rintangan berarti.

Saya memanfaatkan kesempatan ini dengan memperbanyak shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW berikut sahabat Abu Bakar As Siddiq Ra dan Umar bin Khatab Ra. Serta sujud memohon ampunan Allah SWT. Allah SWT berjanji siapa yang mengucap salam dan shalawat kepada Rasulullah berikut Abu Bakar dan Umar, maka Allah SWT akan meminjamkan jasad beliau untuk menjawab salam kita. Subhanallah.... dijawab salam dari pacar aja sudah gembira ria apalagi dijawab salam oleh Rasulullah.

Hikmah tidak saja kami dapat ketika berada di masjidil Haram maupun Nabawi ketika melaksanakan ibadah wajib maupun sunnah. Namun banyak hikmah yang kami peroleh juga dalam perjalanan ziarah ini. Salah satunya adalah bagaimana perjuangan Rasulullah membela agamanya serta kecintaannya pada ummat lillahi taa'la. Mengapa Allah memerintahkan Rasul hijrah dari Mekkah Al Mukaromah ke Madinah. Bagaimana perjuangan Siti Hajar berlari antara bukit Safa dan Marwah demi buah hatinya Ismail. Banyak hal yang bisa dipetik. Most of all adalah ketakwaan kita, kecintaan kita yang semata hanya kepada Allah SWT dan RassulNya.

Saya ikhlas bila ada sebagian orang akan mengatakan apa yang saya ungkapkan sebagai perbuatan riya atau pamer. Tapi sesungguhnya, dengan berbagi pengalaman ini merupakan ungkapan syukur saya yang berlimpah. Saya ingin men-encorrage sebanyak-banyaknya kepada teman-teman muslim. Bahwa sebelum menjenguk Ka'bah, maka semua perjalanan berkunjung ke negara-negara lain tiada bandingnya. Betapa kita, sebagai muslim, wajib melaksanakan salah satu rukun Islam ini, setidaknya sekali seumur hidup, jika mampu. Selama ini banyak doa-doa kita lebih diarahkan pada urusan duniawi, namun berapa banyak dari kita yang memohon dilapangkan rizki agar dapat berkunjung ke Baitullah? banyak yang pasrah dengan persyaratannya yaitu "jika mampu". Namun tidak disempatkan. Sehingga banyak yang mampu travelling ke banyak negara atau tujuan wisata dalam satu tahun, namun belum mampu berumroh. Bayangkan bila rizkinya itu dikumpulkan saya yakin mereka bisa berUMROH setidaknya sekali dalam setahun. Allah Maha Kaya.

Banyak juga dari kawan saya yang beralasan, "nanti deh kalau sholat gue sudah bener baru gue umroh atau haji". Padahal kalau kita balik, dengan berumroh atau berhaji maka akan terus memotivasinya untuk melakukan sholat atau ibadah lainnya dengan jauh lebih baik lagi. Subhanallah... apakah tidak membuatnya makin menjadi pribadi yang BENAR?

Tidak sedikit yang berkata "belum mendapat undangan Allah SWT", sesungguhnya Allah SWT telah menebar undanganNYA ke muka bumi kepada semua ummat tuk berkunjung ke Baitullah, hanya terkadang tanpa disadari kita tidak memanfaatkan undangan Beliau dengan baik, sehingga sering terlewat.

Ketika saatnya harus -kembali- berpamitan pada Madinnah Al Munawwarah rasa haru kembali memburu relung dada saya sehingga harus meminta mata tuk menahan butiran air yang akan tumpah. Dalam doa saya di akhir Subuh "Yaa Allah... ampunilah dosa-dosa hamba yang bak buih air laut. Berikanlah nikmat sehat, luaskanlah ilmu pengetahuan bagi hamba, dan lapangkanlah rizki hamba, kembalikanlah hamba ke tanah haramain. Sesungguhnya hanya kepada Engkaulah hamba memohon ampunan, kepada Engkaulah hamba mengadu dan meminta pertolongan. Sesunggguhnya Engkaulah Zat Yang Maha Mengetahui doa-doa orang yang memohon"

Meski berat meninggalkan tanah suci, tapi ada kegembiraan yang menyeruak, yaitu harapan terbayarnya rindu saya pada Razka, si buah hati.

Menapakkan kaki di tanah air, saya tahu kepulangan saya ini adalah hutang ibadah terbesar yang akan saya pikul. Menjadikan saya pribadi yang lebih luhur dan ibadah yang istiqommah. Saya akan memasuki ujian-ujian yang tidak semakin sedikit. Hikmah umrah harus menjiwai setiap langkah yang saya ambil. Meresapinya dalam setiap pijakan kehidupan saya. Tidak mudah tapi ini bukti syukur saya atas nikmatNya yang begitu besar.

Mata saya bergerak liar diantara penjemput. I really miss my son. MasyaAllah.... Razka...!!! jerit saya girang ketika melihat sosok laki-laki kecil berhambur ke dalam pelukan saya, dan tangis haru meleleh diantara kami. Ada janji di hati untuk menjadi lebih baik baginya, bagi Razkaku, kedua orangtuaku, dan suamiku.

Akhirul kata...

Segala puji bagi Allah yang telah menolongku meneyelesaikan ibadah umrahku dan menjagaku dari derita perjalanan sehingga aku kembali kepada keluargaku. Yaa Allah berkahilah hidupku sesudah umrah dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang shalih.