Kamis, 05 Agustus 2010

Pak Sukif

Di depan jalan masuk perumahan kami adalah tempat mangkal becak. Salah satu pengemudi kendaraan roda tiga ini sangat terkenal, terutama di rumah kami. Pak Sukif namanya. Perkenalan kami dengannya berawal dari kepergian tukang kebun kami yang mendapat kesempatan jadi tukang kebun perkantoran, sehingga tidak dapat lagi bekerja di rumah kami. Beruntung ada tukang becak yang mau merangkap jadi tukang kebun, bahkan akhirnya menjadi salah seorang kepercayaan kami.

Bukan itu saja, ternyata Pak Sukif sangat terkenal di daerah rumah tinggal kami dan sekitarnya. setiap ada kesempatan 'menumpak' becaknya ada saja orang yang disapanya. Dari orang tua sampai anak-anak, dari Bapak A, Ibu Haji B, Mbak C, eneng D, si ganteng E sampai bayi F dan sebagainya. Tidak hanya disapa tapi juga diajak bercanda. Orang yang disapa pun dengan senang hati membalas sapaan Pak Sukif. Pak Sukif benar-benar tukang becak yang sibuk dan dicara banyak orang. Saking dekatnya dengan keluarga kami, tak jarang semua orang yang membutuhkannya akan menelpon kami demi menanyakan kabar pak Sukif dan mencarinya. Hehehe.... kalau Pak Sukif 'gak kelihatan' pasti telp di rumah berdering untuk Pak Sukif.

Eiiittttssss..... bukan hanya tetangga lho, keluarga besan orang tua saya pun sering menggunakan jasanya. Apa sih istimewanya si 'tukang becak' ini? Mungkin ini penyebabnya:
Pak Sukif, dalam perantauannya di Jakarta, tidak hanya menerima nasib sebagai tukang becak, dia begitu tahu memanfaatkan peluang rizki, sehingga dengan suka rela menawarkan jasa lainnya di kesenggangannya menarik becak. Pak Sukif sudah memulai harinya sejak pagi dengan mengantar langganan ciliknya ke sekolah. Jadwalnya di siang hari adalah memenuhi panggilan dari rumah ke rumah seperti bebersih halaman, mengatur taman, nge-cat rumah, nembok, membetulkan genteng bocor, sampai mengawal orang yang mau pindahan rumah. Kalau Sabtu Minggu jadwalnya stand by di rumah kami. Malam hari, dia melayani permintaan pedagang mengantar batok kelapa atau kulit kambing dari pasar. Kalau tidak ada permintaan hantaran maka dia ada di pangkalan becak menunggu penumpang, salah satunya adalah saya yang gak mau diantar tukang becak lain. Kalau ada keluarga yang ke luar kota maka Pak Sukif akan berubah fungsi menjadi penunggu rumah. Anak saya pun sampai dapat mencirikan becak Pak Sukif hanya dengan mendengar gowesannya.

Meski begitu, Pak Sukif tidak pernah 'jual mahal' atau pasang tarif khusus. Benar-benar tukang becak SUPER. Kejujuran, keramahan dan ketidakengganannya melakukan pekerjaan apa pun --selama halal-- membuatnya banyak dikenal dan disenangi orang. Apalagi kalau Pak Sukif harus pulang kampung disaat panen atau tandur, begitu banyak yang kehilangannya. Rekan-rekan sejawatnya pun mengakui keluwesan dan keuletannya mencari nafkah, karena meski tidak di saat panen maupun tandur, kalau di kampung ada saja orang yang menggunakan jasanya baik hanya meminta batuan bagi keluarga yang hajatan atau menjadi kuli bangunan. Gak heran deh kalau Pak Sukif sering jadi 'rebutan', heheheh... *geleng-geleng kagum*

Maka dari itu kami selalu khawatir kalau Pak Sukif pamit pulang kampung untuk seminggu, karena itu berarti sebulan!!! :D

Sosok Pak Sukif buat saya sangat inspirational, hare geneee.... Pak Sukif jadi figur yang langka.

--thinking--

Tidak ada komentar: