Jumat, 28 November 2008

Curhatnya "ROKER"

It isn't about the real Rocker, but Roker, acronim of Rombongan Kereta hehehe.....

'Roker' adalah sebutan bagi pengguna setia alat transportasi KRL di Jabodetabek. Sebagai commuter Ciputat - Thamrin, maka menumpang KRL adalah cara paling efisien dan efektif. Apalagi KRL yang saya tumpangi adalah KRL Ekspress, cukup bersih dan berpendingin ruangan. Lumayan lah kalau buat berhemat waktu, gimana gak? saya bisa berangkat dari rumah pk 7.00 sampai kantor pun masih pk 8.00 untuk menempuh jarak lebih dari 30 km, di Jakarta gitu loch... Waktu tempuh satu jam, jelas sangat cepat.

Hari ini, saya sungguh beruntung, saya berdiri tepat di depan pintu kereta yang terbuka. Sehingga saya punya kesempatan lebih besar mendapatkan kursi kosong, kan masuk duluan hehehe.... Habis biasanya saya hanya beruntung mendapatkan tempat kosong di depan pintu yang tidak dibuka untuk menempatkan kursi lipat kesayangan saya.

Di tengah ke "PW"-an [posis wuenak] saya yang sudah duduk sambil terhentak-hentak lembut deru jalan kereta, tiba-tiba laju kereta berhenti. Ya sudah... paling menunggu kereta di depannya melanjutkan perjalanan. Kami para penumpang pun asik melanjutkan kegiatannya amasing-masing. Ada yang asik baca koran, majalah, ngobrol di hp maupun dengan teman sebelah, bahkan tidur. Yang terakhir adalah kegiatan paling mengasikkan, apalagi dibuai oleh guncangan kereta, hmmm tambah pulas deh... :) Tapi kali ini saya tidak sedang tidur atau membaca majalah seperti biasanya. Saya sedang asik memperhatikan polah tingkah penumpang.
Seru juga, ada yang bolak-balik ditelpon pacarnya. Belum lagi si sekretaris yang mulai resah karena bossnya miskol terus. Sesekali saya melirik salah satu artikel di tabloid yang sedang dibaca ibu sebelah, lumayan nebeng baca :)

Tunggu punya tunggu, waktu berlalu hingga mendekati 30 menit sudah. O...o.... gak biasanya nih, penumpang pun sudah mulai gerah karena resah. Masing-masing dari kami mulai bertanya-tanya baik kepada teman seperjalanan maupun pada diri sendiri. Sedikit demi sedikit gumamam bak lebah berdengung mulai terdengar dari satu gerbong ke gerbong lainnya. Apalagi ketika sang masinis berjalan melalui gerbong dan berusaha menjelaskan apa yang sedang terjadi sebenarnya. "Ada apa sih?" "Terus gimana?" "Begini, bla.. bla.. bla.." "Begitu, bla bla bla" pertanyaan dan jawaban saling berebut tempat --bukan hanya Roker aja yang berebut duduk ya... hihihihi.... *mode iseng on*-- "Oh ternyata rangkaian gerbong di depan mengalami kerusakan pada remnya". Jelas sudah bagi saya permasalahan yang ada.

Dan... Brek... pintu sisi jalur dua terbuka, seketika KRL AC Ekonomi melintas di jalur sebelah dan berhenti tepat berdampingan dengan kereta kami. "Jadi kita disuruh pindah kereta sebelah ini?" ujar salah seorang penumpang "Ya sudah, pindah aja yuk..." timpal lainnya dan akhirnya diikuti oleh semua penumpang. Proses perpindahan para penumpang sangat dramatis, hehehe 'lebay'. Kami harus melompat ke undakan pintu kereta lainnya. Dan penumpang di seberang pun dengan sukarela membantu menggamit tangan penumpang yang berpindah, apalagi kalau ada ibu hamil yang takut-takut. Seperti adegan memindahkan sandera di film Speed 1 deh. Hahahaha....

Sampai di kereta sebelah yang notabene selalu penuh, alhasil kolaborasi penumpang dua rangkaian kereta ini jadi semakin padat. Rasanya tak perlu berpegangan pun kami tidak akan doyong, kan diapit kanan kiri depan belakang. Saya berdoa, semoga gak ada yang "BB" di dekat saya. Gak enak kan kalau pingsan bukan karena kehabisan oksigen tapi malah karena mencium "BB" orang lain --nyengir dot com--

Sampai di stasiun berikutnya, kereta hibahan Jepang, produksi tahun 60an [atau bahkan lebih tua lagi ya?] ini masih saja dijejali penumpang. Kami protes keras "Gak bener nih petugasnya, kok masih ambil penumpang sih? Gak lihat sekarang aja sudah berjubel" keluh penumpang di sebelah saya, yang juga menjadi protes saya. Yang saya sesali adalah bahwa ada oknum yang memanfaatkan keadaan ini, yaitu mereka yang tidak memiliki tiket kereta AC jadi ikut-ikutan naik, malah dengan gaya yang lebih 'songong' dari kami who comply to the rule.

Inilah sekelumit dinamika kami sebagai commuter. Duhai pemerintah.... daripada ribet memperbaharui aturan jam kerja, jam sekolah, three in one, dan bus way. Lebih baik perbaiki saja fasilitas dan layanan transportasi KRL. Yang sudah jelas dapat mengangkut lebih banyak penumpang, lebih cepat, dan relatif lebih aman serta nyaman. Saya jamin, dengan membaiknya fasilitas kuda besi ini pasti akan mengurangi penggunaan mobil. Para eksekutif pun tidak segan menggunakan transportasi umum ini. Lihat saja di negeri tetangga, para eksekutif tidak ragu dan malu menggunakan KRL [meski dengan istilah lain]. Lagipula sebagian besar orang yang bekerja di pusat kota sudah tinggal di pinggiran, seperti Depok, Tangerang, Bogor, Bekasi kan.... itulah kami: COMMUTER.

Sampai di Stasiun Tanah Abang, berbagai ekspresi terpancar, lelah, kesal, mumet, bingung, protes, dan gundah. Semoga tidak berimbas ke kualitas kerja hari ini ya....


Roker ingin mengadu...

Tidak ada komentar: